Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jateng bekerja sama dengan Program Pemberdayaan Nelayan untuk Ketahanan Iklim dan Keberlanjutan (FOCUS), menyelenggarakan kegiatan Lokakarya Validasi Hasil Asesmen Rantai Nilai Sensitif Gizi (NSVC) di Hotel Novotel Semarang, Selasa (11/3/2025). Kegiatan itu bertujuan untuk mempresentasikan dan memvalidasi hasil asesmen, serta mendapatkan umpan balik dari pemangku kepentingan terkait.

Plt Kepala Bidang Perekonomian Bappeda Jateng, Hermawan menyampaikan apresiasinya kepada Yayasan Humanis yang telah menginisiasi lokakarya tersebut. Ia berharap, presentasi hasil Asesmen Rantai Nilai Sensitif Gizi dapat tersampaikan dengan baik, dan mendapatkan umpan balik tentang temuan awal, interpretasi, dan rekomendasi.

Lanjutnya, Hermawan menuturkan bahwa peserta lokakarya terdiri dari perwakilan pemerintah dan instansi terkait, kelompok masyarakat, sektor swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil.

“Harapannya lokakarya ini juga menjadi sarana untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan berbagi pengalaman di antara para peserta, yang mengarah pada diskusi yang lebih kaya dan kemungkinan lahirnya ide-ide baru,” terangnya dalam sambutan pembukaan acara Lokakarya di Semarang.

Hermawan menambahkan, Asesmen Rantai Nilai Sensitif Gizi/Nutrition Sensitive Value Chain (NSVC) bertujuan untuk mengidentifikasi komoditas pangan akuatik potensial, yang dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi masyarakat pesisir di Jawa Tengah. Hal itu juga selaras dengan tujuan utama untuk mempromosikan sistem pangan berkelanjutan, inklusif, serta memajukan pengelolaan pesisir berkelanjutan dan aksi iklim.

“Selain itu tujuan NSVC, yaitu menganalisis situasi gizi, serta mengidentifikasi opsi intervensi untuk sistem pangan akuatik guna meningkatkan gizi masyarakat lokal dan ketersediaan, keterjangkauan, keamanan, dan kualitas makanannya,” tegas Hermawan.

Ia menjelaskan, kondisi sosial nelayan di desa pesisir Jateng saat ini didominasi nelayan skala kecil dengan perahu berkapasitas di bawah 10 Gross Ton (GT). Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan skala kecil pada umumnya melibatkan seluruh anggota rumah tangga nelayan.

“Jadi selama ini, nelayan skala kecil dengan pelaku usaha perikanan yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan sering berkonflik. Itu karena kurangnya pengawasan terhadap pelaku usaha perikanan tangkap di atas 10 GT yang sering memasuki area tangkap nelayan skala kecil. Sehingga membuat mereka menghadapi persaingan berat dalam memperoleh hasil tangkapan,” papar Hermawan

Sementara itu, ia menerangkan, Bappeda Jateng telah bekerja sama dengan Konsorsium FOCUS sejak 2023. Program FOCUS bertujuan membangun sistem pangan berkelanjutan di lima kabupaten/kota di Jawa Tengah, yaitu di Batang, Kendal, Semarang, Demak, dan Jepara melalui pengelolaan pesisir yang terpadu.

Program tersebut, didukung oleh Badan Kerja Sama Pembangunan Norwegia (Norad) dan merupakan hasil proses kreasi bersama berbagai lembaga. Seperti Hivos, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University, dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

Dalam menjalankan kegiatannya, Konsorsium FOCUS juga bekerja sama dengan pemerintah daerah kabupaten/kota, kelompok masyarakat, dan pemangku kepentinga terkait di wilayah dampingan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan isu pangan, pengelolaan pesisir, dan ketahanan iklim masyarakat pesisir. Di mana diterapkan melalui berbagai kegiatan, di antaranya studi, pelatihan, kampanye, dan dialog lintas sektor.